March 2015

17

Cengbengan dan Ecopark

Posted on Monday, March 30, 2015



Papa  mama saya ada tradisi setiap tanggal tertentu di setiap tahun pasti pergi “ceng beng” ke Ancol.

Buat yang gak tau, “ceng beng” itu adalah tradisi orang Tionghoa sembahyang ke kuburan leluhur. Karena engkong saya tidak dikubur, melainkan dikremasi dan abunya dibuang ke laut, makanya kita kalau ceng-beng-an ya ke laut. Di Jakarta kemana lagi kalau gak ke laut Ancol kan ya..

Biasanya mama beliin engkong saya rokok, koreknya, dan permen merek Ricola karena 3 benda tersebut pasti ada di kantong engkong saya di masa tua nya. Awalnya si hanya rokok dan korek, tapi belakangan karena harus mengurangi rokok, engkong saya jadi makan permen Ricola  yang sugar-free. Kalau kosong katanya mulutnya asem.

FYI, engkong saya adalah pecandu rokok lumayan berat. Dulunya sehari bisa habis satu bungkus. Setelah tua beliau mengurangi jadi beberapa batang sehari. Kemudian diumur 80-an beliau mengidap kanker paru-paru karena kebanyakan merokok. Tapi tetap aja merokok sehari sebatang sampai akhir hidupnya. #StopSmokingNOW

Kembali ke tradisi “ceng-beng”, ternyata saya sekeluarga bukan sendiri. Di Ancol itu banyaaaak banget orang-orang keturunan Tionghoa yang datang untuk sembahyang. Mas-mas yang punya kapal aja sudah langsung menawarkan jasa kapalnya begitu lihat kita turun dari mobil (padahal mah belum bawa bunga dll)

Tradisi cengbeng nya adalah sebagai berikut. Dari rumah ortu saya sudah membeli bunga untuk ditabur. Lalu kami menyewa kapal nelayan untuk bisa berlayar sedikit ke tengah laut. Gak jauh sama sekali sih, paling juga setengah kilometer dari lepas pantai. Para nelayannya sudah tau mengenai tradisi ini sehingga mereka akan memberitahukan kita apabila sudah boleh tebar bunganya. 

Mama saya sih bilang boleh sambil tebar bunga sambil berdoa ke engkong. Tapi saya biasanya ya seperti ngobrol aja dalam hati, "apa kabar kong, Icha tahun ini punya anak loh, engkong sudah punya buyut!".. ya semacam itulah.

Layaknya orang modern dan beragama, saya merasa kalau mau berdoa ya dikamar aja cukup, ga harus sambil tebar bunga :p

Setelah bunganya habis, mama atau om saya melemparkan rokok, lighter, dan permennya ke laut. Biar engkong di sana bisa ngerokok setahun sekali hahaha. (I know, I know, nyampah dan bikin polusi)

Setelah itu kami kembali deh ke darat. Biasanya keluarga mama ngumpul dan cerita-cerita sambil makan makanan yang sudah kami bawa dari rumah di pinggir pantai. 

Tahun ini saya ajak Grace ke pantai tapi gak ikutan melaut. Mama saya khawatir Grace masuk angin laut, sedangkan saya khawatir anaknya gak bisa diem dan nyemplung ke laut. LOL. 

Jadi, setelah bertemu dengan keluarga besar, saya pamit untuk jalan-jalan ke Ecopark. 

Saya kira Ecopark tuh segede Central Park di US (kayak pernah aja lu, Mel), eh ternyata gak gede-gede amat ya. Ya, lumayan sih kalo ngiterinnya harus sambil gendong Grace (-_-")

Saya sukaaa sama pohon-pohon nya yang rindang dan jalan setapaknya yang teduh. Serasa berada di luar kota aja :)

Sudah lama rasanya gak menghirup udara segar sambil dengerin kepakan sayap burung.
Grace suka banget ngeliat bebek alias angsa dan burung dara. (Jadi inget komennya Tomo, "itu burung dara yang dimasak kan ya?" - merusak mood aja de bokk)

Awalnya Grace saya suruh jalan karena tidak mau duduk di stroller. Tapi dong, jalannya setiap beberapa langkah lalu stop, liat kebawah, lalu muter balik 2 langkah. Lalu maju lagi, beberapa langkah, stop, liat bawah, jalan mundur. Atau setelah beberapa langkah, stop, ga mau maju lagi haha. Padahal ya, itu jalan setapaknya rame sama orang jogging. 

Akhirnya karena gak sampe-sampe ke tujuan (tujuannya lihat bebek), Grace saya gendong paksa deh. Gendong lalu lari. Anaknya meronta-ronta sambil teriak. Saya ga jelas juga sih teriak seneng apa marah hahaha.

Dikasih liat bebek malah bengong. Mungkin di bayangan Grace bebek ya yang seperti di boneka dan di babyTV ya, kuning. Tapi yang ada malah angsa warna putih. Ya lumayan lah, daripada lihat bebek beneran yang coklat bisa tambah bengong dia. :p. Bunyinya juga bukan kwek-kwek, tapi lebih ke ngok-ngok. Apa mungkin karena (sekali lagi) itu angsa ya jadi bunyinya beda? *tiba-tiba merasa oon*

Bengong liat bebek, eh angsa
Sambil lihat danau bebek kita sarapan di kursi taman yang disediakan. Asiknya, makan pagi dengan pemandangan yang asri :) Sayangnya saya gak bisa foto karena si bocil berkeliaran kesana-kemari sambil makan dan saya harus megangin terus takut jatoh nyusruk ke aspal atau batu (Amit2).

Selesai makan kita melanjutkan jalan mengitari taman. Gak kerasa, eh sudah sampai aja ke pintu keluar.

Ngomong-ngomong, disana ada deer island tapi kok gak ada akses jalannya ya? Atau sayanya aja yang gak ngeh? Jadi rusa dan burung pelikannya saya hanya bisa lihat dari jauh gitu. Sayang banget...

Disana juga ada learning farm, sayangnya pagi itu tutup. Whyyyy? (Emang bukanya jam berapa sih, ci Fel?)

Akhirnya selesai satu putaran kami pulang dan semua sukses molor di mobil. Cuma pak supir alias suami aja yang misuh-misuh karena dia harus nyupir pulang hahaha *puk-puk Tomo*. 
Jadi kesimpulannya, mau liburan sehat dan murah? ke Ancol Ecopark aja (^_^) *bukan iklan*


Disuruh jalan malah diem. Disuruh diem mau foto malah jalan *lap keringet*

14

Reflection: Merubah sudut pandang

Posted on Tuesday, March 24, 2015



Tumben Grace bangun pagi hari ini, sebelum saya sempat mandi dan beres-beres ke kantor. Alhasil, anaknya nempel kayak perangko sehingga saya sulit untuk meninggalkannya mandi.

Setelah berhasil mandi, saya sarapan. Grace pun langsung nemplok lagi pengen duduk dipangkuan saya. Disini saya sudah cukup kesal karena mau makan jadi sulit.

Makanan saya adalah sup dan panas, jadi saya berusaha menjauhkan mangkok darinya. Eh, Grace malah mengambil botol minum saya, membuka tutupnya dan jatuh.

Celana saya basah. Lantai pun banjir karena botol minum saya masih penuh. Saya pun hanya bisa diam sambil menghela napas panjang.

Lalu saya teringat cerita dibawah ini yang saya rasa cukup indah untuk di share; terutama buat ibu-ibu yang sering dibuat anaknya menarik napas panjang :)

***

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.

Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"

Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.

Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya  "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi kekhawatiran buat ibu?".

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

:) :) :)

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) .

Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR:

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia
bersamaku bukan dengan orang lain.

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.

4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi.

5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.

9. Untuk bunyi alarm keras jam 4.30 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup.

10. Untuk yang memposting SHARING ON-LINE
panjang dan 'mengganggu' ini artinya masih ada orang baik yang mau berbagi nasihat dan cinta kepada kita... :)

16

Java Jazz Festival 2015 (Part 2)

Posted on Wednesday, March 18, 2015



Jam 7 nonton Chris Botti, 
Jam 8 Afgan, 
Jam 9 Mocca,
Jam 10 Chaka khan ft. Incognito.

Pass kan ya jadwalnya. Walopun gak harus nonton full concert nya tapi at least bisa lihat sebagian-sebagian performance mereka secara live.

Tapi ya, rencana tinggal rencana…

Setelah berhasil keluar dari hall-nya Botti, ternyata pintu masuk hall-nya Afgan tertutup dan banyak orang antri. Padahal itu sudah lewat 15 menit dari jadwal shownya dimulai. Gak tau shownya yang molor sehingga pintu belum dibuka, atau hall nya sudah terlalu penuh jadi ditutup. Orang-orang yang pada baris di depannya pun pada gak tau. Ada yang keluar lagi bilang “penuhh penuhh”. Tapi ada yang anteng-anteng aja. Membingungkan.

Daripada menanti gak jelas gitu, akhirnya kami memutuskan untuk keluar antrian dan jalan menuju konsernya Mocca. (psst.. pada tau Mocca kan? Band bandung yang suaranya imut-imut kayak suara anak kecil itu. Saya paling inget sih lagu mereka yang judulnya “secret admirer”). Eh, tapi dongggg, ternyata antriannya pun sudah panjaaaaaang dan lamaaaaa (masih 30 menit lagi konsernya). Wah, kalo gini caranya kita gak bisa nih nonton setengah-setengah karena pasti gak bisa masuk ke konser yang lain karena ruangan udah penuh dan pintu ditutup.

Akhirnya sambil antri Mocca kita diskusi, mendingan nonton Mocca apa Chaka Khan ft. Incognito ya? Percakapan dudulnya kira-kira begini:
“Eh, incognito itu band bule kan?”
“Iya..”
“Ya udah kalo gitu mendingan nonton bule daripada Mocca”
“Emang Mocca dari mana?”
“Dari singapur kan?” #dudul 1 (Mocca itu band Indonesia asal Bandung)
“Ooo.. ya ya… Eh tapi Chaka khan kan dari indo” #dudul 2
“Oh ya?  yang mana sih?”
“Itu kan, yang nyanyi butiran debu”#dudul 3

Yah begitulah kira-kira kedodolan kami (kalo gak ngerti kenapa dudul mari kita tos dulu haha) (ya siapa tau ada yang sama dudulnya kayak saya).

Akhirnya kamipun melipir keluar dari antrian Mocca dan pindah ke antrian Chaka khan.

Antrian Chaka Khan ternyata cukup dahsyat sodara. 30 menit sebelum acara dibuka antrian udah nguler dari kanan dan kiri. Manalah pas jam 10 dimana acara seharusnya dimulai pintu belum dibuka. Baru setelah pada teriak-teriak “BUKA! BUKA!” baru pintu dibuka. Semua orang lari dongggg ke dalem layaknya hyena ngerebut makanan macan. Saling dorong mah pasti. Saling dorong apalagi. Untung saya dipinggir dan cukup langsing untuk nyelip-nyelip.

Banyak orang yang pengen duduk di depan malah gak dapet dan jadi berdiri dijalanan. Akhirnya sampai shownya dimulaipun mereka tetep berdiri dan malah jadi nutupin penonton yang duduk *sigh.

Ini dia nih kedudulan kedua berlanjut. Yang keluar kan Chaka Khan yang bener ya, tapi tetep dong saya kekeuh kalo Chaka Khan itu yang nyanyi butiran debu. Dan temen saya pun totally clueless. Sampe akhirnya disebut nama Chaka Khan dan yang keluar ya.. Chaka Khan (DOHHH!) baru kita sadar kalo itu beda! Hahahhaa. Sumpah DUDUL1+2+3!

Yang saya kira itu Cakra Khan yang nyanyi “Harus Terpisah”. Yang nyanyi “Butiran Debu” itu Roumor! Udah salah penyanyi, salah lagu pula hahaha.

Daaaaaan, percakapan dudul masih berlanjut

“Eh, kalo itu Chaka Khan terus Incognitonya yang mana?”
“Ya bandnya itu kali.. gak tau juga gw..”
(di denger tante-tante yang hapal lagunya Chaka Khan disebelah saya. Pasti dipikir ni anak muda kok bego banget ya haha)

Saya sih tau lagunya Incognito dari band SMP saya. Well, cuma tau “Still a friend of mine” sih hahahaha.

Eniwaaaay, kita duduk sampe sejam lebih dan keluar sebelum habis. Ternyata memang Incognitonya saya suka, sedangkan Chaka nya terlalu oldies menurut saya (plus si tante ngos-ngosan nyanyinya). Dari keseluruhan lagu yang ia nanyikan saya cuma tau satu lagu yaitu “Through the Fire”. Dan itu pun baru tau loh kalo penyanyi aslinya si Chaka. Saya kan taunya karena lagu itu sering diputer di acara kawinan :p

Setelah Chaka kami ngacir ke Kahitna sambil berharap konsernya belum selesai. Yup, memang konsernya belum selesai dan walopun di belakang kami sempet dengerin lagu “Cantik”, salah satu lagu kebangsaan mereka jaman-jaman saya SMP :)

Ternyata kecil ya panggungnya Kahitna. Nontonnya berdiri pula. Ya kalo gini mah gak nyesel-nyesel amat deh gak nonton Kahitna full. Incognito walopun kami sangat-sangat awam, saya sih tetep suka ya karena mereka energetic banget dan suaranya bagus :)

Setelah itu kami pulang dengan cukup bahagia karena sudah lama banget gak merasa muda kayak gini HAHAHAA (kasihan deh lu, Mel)

Aku Rumour  yang nyanyi Butiran Debu

Aku Cakra Khan. Namaku memang mirip sama si Ibu Chaka Khan (inspired, maybe??)


Gue nihhh CHAKA KHAN ASLI yang LEGENDARIS itu! Masa lo gak tau, Mel?!
 Kalau mau baca JJF Part I di sini

17

Java Jazz Festival 2015

Posted on Tuesday, March 10, 2015



Sabtu kemarin seharusnya saya pergi ke Singapura untuk menghadiri pernikahan sepupu saya. Tapi dasar emak-emak ya, yang sebelumnya tangan saya sempet keseleo dan sembuh eh ini kok kumat lagi sakitnya. Saya kira gara-gara posisi posisi layar monitor saya di kantor yang membuat tangan kanan saya rada menggantung. Eh dong, eh dong, pas lagi kumat itu pinggang saya ikutan lah keseleo (T_T) *negak susu high calcium segalon*

Walopun sebenernya pengen banget bawa Grace ke luar negeri mumpung naik pesawatnya masih gratis.. makan enak bareng keluarga besar… Ah, tapi ngebayangin jalan-jalan ke luar negeri bawa Grace tanpa sus dengan posisi badan encok kanan encok kiri... apalagi kalau Grace nya rewel gak mau sama orang lain.. mending saya pass aja deh. Huhu. Badan saya takut rontok beneran.

Eh kebetulan dong, hari itu ada event yang saya tunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan acara tahunan Java Jazz Festival!!!

Sooooooo, layaknya masih single (halah) sabtu kemarin I had an amazing saturdate with my long lost girlfriend! Wohoooo!

Duluuuuuuu, kita tuh bisa dibilang lumayan sering hangout. Dulunya tuh dulu banget sih, waktu masih kuliah haaha. Ya maklum she’s my BFF and my housemate. Manalah waktu itu kita masih pada single kan ya, jadilah makan bareng, nonton bareng, travelling bareng, dan joged dangdutan bareng kalo lagi steres hahaha.

Buat saya ini yang ke dua kali nya pergi ke JJF. Yang pertama kali itu tahun 2009 karena kepengen nonton Jason Mraz. Dan waktu itu saya inget banget ngikutin orang-orang antri padahal gak tau yang diantriin itu apaan. Eh ternyata Glenn haha. Si Glenn sih suaranya bagus banget loh, rasanya masih fresh banget di memori saya sampai sekarang.


Kalau dulu caranya diadakan JCC Senayan, sekarang diadakan di JIExpo Kemayoran. Menurut saya enakan yang sekarang sih karena areanya lebih luas dan outdoor. Jadi kalau pas antri spacenya gede bisa tumpah ke jalan-jalan dan jadi gak terlalu pengap. Tapi gak enaknya ya pas hujan, basah bo. Plus karena gede, pindah dari satu hall ke hall lain lumayan gempor juga ya haha.

Saya berangkat jam setengah lima sore dari rumah. Rencanya sih pengen nonton Tulus (janjian juga dengan teman yang lain), tapi eh tapi, sampai sana sudah jam 6 karena macet banget antri mobil di pintu masuknya. Mana sempet ujan gerimis pula dan saya muter-muter nyari pintu masuk untuk “tiket invitation” (Saya beli tiket di salah satu website diskonan gitu jadi dapet harga super murah, cuma cepeceng buat berdua *big grin*)

Gak sempet nonton Tulus jadi langsung makan trus antri buat nonton abang Ebot, alias Chris Botti.

Saya masuk 15 menit sebelum shownya dimulai. Ehh, sepi dongggg. Saya dapet duduk lumayan depan tapi agak kepinggir. Sempet mikir, ini kenapa sepi ya? apa karena masih sore?

Mulainya on time. Shownya kerennnnnnn abissssss. Bener-bener serasa nonton konser jazz internasional di luar negeri. Semua penonton duduk teratur, jalur orang gak ada yang boleh berdiri. Bahkan bang Botti sempet loh turun dari panggung dan main di deket audience.

Botti disini gak perform sendiri, dia ngajak 1 orang violinist, 1 penyanyi jazz, dan 1 penyanyi Italian (ya abis nyanyi lagu judulnya Italy hasil kerja samanya sama Luciano Pavarotti). Kalo pas violin yang main hedehhh, hati rasanya kesayat-sayat dehh. Saya dalem ati mikir, ini pasti kalo lagi ada yang patah hati bisa nangis Bombay kali ya. Saya sih paling seneng sama penyanyi jazz nya, suaranya kerennnnn, dan orangnya lucu. Dia bisa loh nyanyi sambil jalan ngelilingin ruangan dari ujung ke ujung. Suaranya pun gak jadi ngos-ngosan. Botti sendiri seperti video nya yang Live in Boston, bagusssssss banget. Kok bisa ya bok ada orang yang napasnya panjang benerrrr.

Keasikan nonton sampe gak sempet liat belakang kan. Eh pas saya keluar mau ke WC oh oh oh booooook, penuh-nuh sampe banyak yang nonton berdiri. Ckckck..

Saya gak nonton sampai habis karena takut gak bisa keluar dan sekalian mau ngejer bang Afgan hahaha…

(to be continue)


Chris Botti in action

Kok bisa ya terompet yang pencetannya cuma 3 diatas gitu bikin musik indah mendayu-dayu...

Kiss kiss bang Ebot yang ganteng waktu muda

PS. Ternyata kenapa di awal-awal hall nya Botti sepi, itu karena acaranya Tulus molor setengah jam. Di ruangan Tulus katanya sempet rusuh karena orang-orang pada teriak minta pintunya dibuka. Manalah nontonnya berdiri kan ya. Jadi kata teman saya lumayan hectic banget sampe ada cewe yang jatuh dan tangannya terinjak-injak *hiiiiiy*. Untung juga saya gak jadi nonton Tulus ya...

PSS. Saya lagi demen banget nih sama lagunya Tulus yang "Teman Hidup". Liriknya manis banget :)