Papa mama saya
ada tradisi setiap tanggal tertentu di setiap tahun pasti pergi “ceng beng” ke
Ancol.
Buat yang gak tau, “ceng beng” itu adalah tradisi orang Tionghoa sembahyang ke kuburan leluhur. Karena engkong saya tidak dikubur, melainkan dikremasi dan abunya dibuang ke laut, makanya kita kalau ceng-beng-an ya ke laut. Di Jakarta kemana lagi kalau gak ke laut Ancol kan ya..
Buat yang gak tau, “ceng beng” itu adalah tradisi orang Tionghoa sembahyang ke kuburan leluhur. Karena engkong saya tidak dikubur, melainkan dikremasi dan abunya dibuang ke laut, makanya kita kalau ceng-beng-an ya ke laut. Di Jakarta kemana lagi kalau gak ke laut Ancol kan ya..
Biasanya mama beliin engkong saya rokok, koreknya, dan
permen merek Ricola karena 3 benda tersebut pasti ada di kantong engkong saya
di masa tua nya. Awalnya si hanya rokok dan korek, tapi belakangan karena harus
mengurangi rokok, engkong saya jadi makan permen Ricola yang sugar-free. Kalau kosong katanya
mulutnya asem.
FYI, engkong saya adalah pecandu rokok lumayan berat. Dulunya
sehari bisa habis satu bungkus. Setelah tua beliau mengurangi jadi beberapa
batang sehari. Kemudian diumur 80-an beliau mengidap kanker paru-paru karena
kebanyakan merokok. Tapi tetap aja merokok sehari sebatang sampai akhir
hidupnya. #StopSmokingNOW
Kembali ke tradisi “ceng-beng”, ternyata saya sekeluarga
bukan sendiri. Di Ancol itu banyaaaak banget orang-orang keturunan Tionghoa
yang datang untuk sembahyang.
Mas-mas yang punya kapal aja sudah langsung menawarkan jasa kapalnya begitu lihat kita turun dari mobil (padahal mah belum bawa bunga dll)
Tradisi cengbeng nya adalah sebagai berikut. Dari rumah ortu saya sudah membeli bunga untuk ditabur. Lalu kami menyewa kapal nelayan untuk bisa berlayar sedikit ke tengah laut. Gak jauh sama sekali sih, paling juga setengah kilometer dari lepas pantai. Para nelayannya sudah tau mengenai tradisi ini sehingga mereka akan memberitahukan kita apabila sudah boleh tebar bunganya.

Tradisi cengbeng nya adalah sebagai berikut. Dari rumah ortu saya sudah membeli bunga untuk ditabur. Lalu kami menyewa kapal nelayan untuk bisa berlayar sedikit ke tengah laut. Gak jauh sama sekali sih, paling juga setengah kilometer dari lepas pantai. Para nelayannya sudah tau mengenai tradisi ini sehingga mereka akan memberitahukan kita apabila sudah boleh tebar bunganya.
Mama saya sih bilang boleh sambil tebar bunga sambil berdoa
ke engkong. Tapi saya biasanya ya seperti ngobrol aja dalam hati, "apa
kabar kong, Icha tahun ini punya anak loh, engkong sudah punya buyut!"..
ya semacam itulah.
Layaknya orang modern dan beragama, saya merasa kalau mau berdoa ya dikamar aja cukup, ga harus sambil tebar bunga :p
Setelah bunganya habis, mama atau om saya melemparkan
rokok, lighter, dan permennya ke laut. Biar engkong di sana bisa
ngerokok setahun sekali hahaha. (I know, I know, nyampah dan bikin
polusi)
Setelah itu kami kembali deh ke darat. Biasanya keluarga
mama ngumpul dan cerita-cerita sambil makan makanan yang sudah kami bawa
dari rumah di pinggir pantai.
Tahun ini saya ajak Grace ke pantai tapi gak ikutan melaut.
Mama saya khawatir Grace masuk angin laut, sedangkan saya khawatir
anaknya gak bisa diem dan nyemplung ke laut. LOL.
Jadi, setelah bertemu dengan keluarga besar, saya pamit untuk jalan-jalan ke Ecopark.
Saya kira Ecopark tuh segede Central Park di US (kayak
pernah aja lu, Mel), eh ternyata gak gede-gede amat ya. Ya, lumayan sih
kalo ngiterinnya harus sambil gendong Grace (-_-")
Saya sukaaa sama pohon-pohon nya yang rindang dan jalan setapaknya yang teduh. Serasa berada di luar kota aja :)
Sudah lama rasanya gak menghirup udara segar sambil dengerin kepakan sayap burung.
Grace suka banget ngeliat bebek alias angsa dan burung dara. (Jadi inget komennya Tomo, "itu burung dara yang dimasak kan ya?" - merusak mood aja de bokk)
Awalnya Grace saya suruh jalan karena tidak mau duduk di
stroller. Tapi dong, jalannya setiap beberapa langkah lalu stop, liat
kebawah, lalu muter balik 2 langkah. Lalu maju lagi, beberapa langkah,
stop, liat bawah, jalan mundur. Atau setelah beberapa langkah, stop, ga
mau maju lagi haha. Padahal ya, itu jalan setapaknya rame sama orang
jogging.
Akhirnya karena gak sampe-sampe ke tujuan (tujuannya lihat
bebek), Grace saya gendong paksa deh. Gendong lalu lari. Anaknya
meronta-ronta sambil teriak. Saya ga jelas juga sih teriak seneng apa
marah hahaha.
Dikasih liat bebek malah bengong. Mungkin di bayangan Grace
bebek ya yang seperti di boneka dan di babyTV ya, kuning. Tapi yang ada
malah angsa warna putih. Ya lumayan lah, daripada lihat bebek beneran
yang coklat bisa tambah bengong dia. :p. Bunyinya juga bukan kwek-kwek,
tapi lebih ke ngok-ngok. Apa mungkin karena (sekali lagi) itu angsa ya
jadi bunyinya beda? *tiba-tiba merasa oon*
![]() |
Bengong liat bebek, eh angsa |
Selesai makan kita melanjutkan jalan mengitari taman. Gak kerasa, eh sudah sampai aja ke pintu keluar.
Ngomong-ngomong, disana ada deer island tapi kok gak ada
akses jalannya ya? Atau sayanya aja yang gak ngeh? Jadi rusa dan burung
pelikannya saya hanya bisa lihat dari jauh gitu. Sayang banget...
Disana juga ada learning farm, sayangnya pagi itu tutup. Whyyyy? (Emang bukanya jam berapa sih, ci Fel?)
Jadi kesimpulannya, mau liburan sehat dan murah? ke Ancol Ecopark aja (^_^) *bukan iklan*