Semua orang tua pasti memiliki cara dan pemikirannya sendiri dalam mendidik anaknya. Ada yang dengan cara tegas, ada juga yang lembut. Ada yang galak, ada yang digalakin anaknya :P.
Kalau saya? saya sih yang penting tidak pakai kekerasan dan sejalan dengan pasangan (kalau gak sejalan ntar anaknya bingung). Saya ingin memberikan kebebasan untuk anak dalam memilih jalan hidupnya sendiri di masa depan nanti. Gak bisa matematika tapi pintar di bahasa, ya gak pa-pa. Gak ada kreatifitas, tapi kuat dalam hitungan, ya monggo.. Tentu saja jalan yang dipilih harus dijalani dengan sunguh-sunguh dan bertanggung jawab ya.
Nah, caranya kesana gimana? Ini nih, cara-cara saya ingin mendidik anak.
PS. Semua yang saya tulis adalah pemikiran saya dan apabila bertentangan
dengan pemikiran anda ya, gak apa-apa yah. Kan setiap orang berbeda. Begitu
pula cara masing-masing orang tua mendidik anak. #gakusahnyinyir
Harus berani kotor.
Saya ingat waktu saya kecil dulu, setiap sore kerjaan saya
adalah main sepeda sampai ke tempat nelayan (dulu saya tinggal di daerah yang dekat
dengan laut). Kalau di pelabuhan pasti saya ngumpulin kulit kerang. Kalau gak
ngambilin kerang, pasti saya nyari kepik di pohon-pohon. Kalau gak jalan-jalan
jauh, biasanya saya ngeliatin kecebong di got hahaha. Malah kalau banjir saya
suka dapet ikan dan pernah suatu kali
dapat belut yang kemudian ditangkap oleh mbak saya dan dipelihara di ember.
Papa saya kalau lihat ada binatang dirumah pasti teriak-teriak suruh buang,
sedangkan mama saya hanya senyum saja, hehehe.
Seperti layaknya iklan salah satu produk sabun tahun 90an,
saya juga berpendapat kalau anak mau belajar maka ia harus berani kotor. Kotor
yang dimaksud bukan berarti ngorek-ngorek tempat sampah ya, itu mah jorok. Saya
akan membiarkan anak main di lantai, atau di tanah kalau sudah besaran nanti.
Saya juga akan membiarkan anak memegang semua barang di rumah asalkan bukan
barang yang berbahaya seperti yang mengandung listrik / panas / pecah belah /
dll. Biar saja dia memegang tumbuhan atau memetik bunga di luar. Dan kalau
sudah lebih besar nanti, bila iya ingin menangkap kodok ya silahkan aja sih..(walopun pasti mamanya yg bakalan jijik :P)
Saya pernah baca di buku
Ayah Edy, kalau anak dibawah 6
tahun itu otaknya sedang berkembang pesat dan meresap semua informasi seperti sponge. Apa yang mereka lihat dan
mereka pegang akan memicu sel-sel otaknya untuk berkembang lebih pesat lagi.
Jadi, gak masalah kotor, asalkan setelah main langsung cuci tangan dan ganti
baju. Sulitnya sekarang kan Grace lagi tumbuh gigi, jadi masih sering masukin
tangan ke mulut. Kadang belum sempat dicegah udah masukin jari ke mulut abis
pegang barang berdebu >_<. Gak pa-pa ya nak, melatih pencernaan biar kuat
haha.
Sebisa mungkin jauh
dari game elektronik (tablet/HP/PC)
Coba perhatikan, berapa banyak anak yang memegang tablet di
mall? Apalagi kalau lagi duduk makan. Hiihhh, saya suka kesal loh ngeliatnya.
Sabtu/minggu itu kan family time, kenapa sih anak malahan autis dengan gamenya?
Teman kantor saya kemarin memamerkan PSP console barunya,
katanya sih buat anaknya. Saya bingung, lho, bukannya anak situ masih kecil
banget? Ternyata benar, anaknya baru kelas 1 SD! *tepok jidat*. Dulu saya mulai
main game Sega itu kelas 6 SD, dan gamenya hanya Donald duck yang jalan ke
kanan kiri doang (ya secara, game yang ada waktu itu hanya 2D). Anak sekarang
kok ya kecil-kecil sudah dikenalkan ipad, gedean dikasih PS.. Yang ada
anak-anak sekarang masuk SD sudah pakai kacamata.
Saya ingin anak saya nantinya lebih sering beraktivitas
fisik di luar daripada diam main game di rumah. Capek memang jaganya, tapi itu
konsekuensi yang harus orang tua ambil. Dengan main di luar mereka bisa
meng-explore lingkungan, hidup sehat karena lari-larian, dan bersosialisasi
dengan tetangga.
Kalau anaknya ternyata introvert, bacakan buku. Biarkan
otaknya berimajinasi dan lebih suka membaca daripada nonton TV.
Intinya adalah, saya gak mau anak saya kecanduan game!
Gak usah minum obat
Ini nih yang sering bikin saya adu mulut dengan suami dan ortu.
Saya merasa kalau obat itu hanya perlu di minum apabila tubuh kita benar-benar
lemah, sakitnya tambah parah, atau sakit gak sembuh-sembuh. Saya merasa kalau
keseringan minum obat nanti antibodi di tubuh kita jadi malas perang sendiri
melawan penyakit. Pernah gak sih kita minum obat tertentu keseringan jadi
lama-lama kebal sama obat itu dan harus ganti merek? Nah, itulah salah satu
ciri-cirinya.
Apalagi ke anak kecil ya, kalau cuma batpil sedikit sih
banyakin minum air hangat aja, jemur kena matahari pagi, semoga bisa sembuh
tanpa harus minum obat.
Tentang makan dan
makanan
Bila anak gak suka (contoh: Grace sangat anti sama papaya),
ya sudah jangan dipaksa. Bila dipaksa, takutnya malah jadi trauma dan jadi
takut sama papaya sampai besar nanti.
Sebisa mungkin kasih coba semua makanan selagi kecil. Maksudnya
adalah biar nanti udah gede gak pilih-pilih makanan. Plus ketauan ada alergi
atau tidak. Kalau alerginya gak parah, saya sih seringnya bandelin. Setelah
sekian waktu dari makan makanan yang menyebabkan alergi pertama kali, kasih
anak coba lagi. Kalau masih alergi, coba lagi setelah selang beberapa bulan/tahun.
Menurut saya, makan harus di dalam rumah (lebih bagus lagi
kalau bisa di meja makan). Makan gak boleh disambi dengan jalan-jalan keluar
rumah. Selain banyak debu, anak juga jadi gak fokus makan. Akibatnya dia tidak
dapat merasakan sudah kenyang atau belum, makannya lama, dan jadi kebiasaan
kalau makan harus sambil main di luar. Saya malah gak pa-pa anak makan sambil
nonton babyTV. Selain dia tetap bisa fokus sama makanannya, babyTV yang sekarang
ada di rumah kebetulan dapat mengajarkan banyak vocabulary baru.
Mandiri
Saya ingin anak saya nantinya bisa mandiri dan gak menjadi
anak yang manja. Ini untuk mempersiapkan dirinya di masa depan nanti. Saya
ingin anak saya cepat bisa makan sendiri, mandiri sendiri, dan mengerjakan
sesuatunya sendiri. Walaupun ada mbak, tetap saya ingin dia bisa membereskan
kamar nya sendiri nanti. Sekarang sih saya ngajarin beresin mainannya sendiri
setelah di obrak-abrik. Makanya dari umur 10 bulan Grace sudah ngerti kata
“masukin” karena sering saya ajarkan masukin barang ke tempatnya lagi bila
sudah berantakan.
Oh ya, saya ingin ngelesin anak saya bela diri. Mau cewek
atau cowok, saya ingin mereka bisa membela dirinya sendiri bila amit2 dikerjain
orang. Bela diri juga dapat melatih jiwa sportivitasnya lho.
***
At the end, ini semua kan baru keinginan idealis saya. Semoganya sih bisa tercapai dan baik hasilnya.
Kalau kamu, gimana cara didikmu?