August 2015

24

Rooming-in dengan bayi. Yes or No?

Posted on Wednesday, August 26, 2015



Bayi baru lahir sebaiknya sekamar dengan ibu nya atau dipisah di kamar bayi ya?


Saya jadi ingat dulu pas lahiran ada yang bilang kalau RS saya kurang bagus. Alasannya adalah susternya malas. Bayi ditaroh aja dikamar mamanya. Bayinya nangis juga di diamkan saja. Harus panggil dulu baru susternya dateng untuk bantu urus bayinya.

Hmmm..?

Kalau menurut saya sih mungkin memang RS itu sengaja membiarkan anak 24 jam sama mamanya, kecuali kalau bayi harus dimandikan. Alasan utamanya adalah supaya anak bisa full ASI. Biasanya anak nangis karena lapar kan?

Alasan lainnya adalah supaya orang tuanya belajar jadi orang tua. Hanya 3 hari waktu yang diberikan RS buat ngajarin ortu bagaimana menangani bayi. Setelah itu, it will only be the two of you, bapak dan ibunya. Jadi menurut saya, ortunya harus belajar menangangi bayi nangis, ganti popok, dan menyusui sendiri. Mumpung ada suster yang bisa dipanggil untuk ngajarin. Kalau bayinya banyak ditaro di ruang bayi, ortunya jadi gak tau kan kapan bayi nangis, gimana cara ganti popok, dll. Takutnya begitu di rumah berduaan doang bakalan shock, dan akhirnya menyalahkan baby blues deh.

Capek memang. Bayangin aja body masih sakit bekas lahiran harus langsung mengurus bayi. Tapi ya menurut saya, itulah konsekuensinya jadi ibu!

Bayi saya waktu itu kebanyakan bobok waktu siang. Tapi siangkan kita harus melayani tamu yang menjenguk. Giliran malam ga ada tamu, bayi saya mulai sejam sekali bangun dan nangis. Malam hari terasa panjaaaaang sekali. Saya dan suami bersorak gembira ketika suster datang jam 6 pagi untuk menjemur dan memandikan bayi. lol. Padahal, perasaan saya baru tidur 5 menit (padahal sudah sejam lebih), saya sudah dibangunkan lagi sama suara tangisan bayi yang minta sarapan...

Mengilas balik, saya bersyukur banget sama policy RS yang menyatukan bayi dengan ibunya. Saya jadi tahu prilaku anak saya sejak lahir, plus karena sering terpaksa menyusui, saya bisa full ASIX.

So, kalau saya melahirkan lagi, saya 100% akan memilih rooming-in dan “menderita” di hari-hari pertama daripada saya harus dipisah dengan si bayi.

=)

A little advice buat yang mau rooming-in dengan babynya. Kalau pas lagi banyak tamu, apalagi ada yang sedang flu, kamu bisa minta tolong suster bawa bayinya ke kamar bayi untuk sementara. Hak ini penting banget untuk mencegah bayi tertular penyakit. Gak usah merasa gak enak sama tamunya, yang penting anak kita sehat. Betul, bundaaa? *ala mbak2 jualan susu*

21

Wisata Kuliner di Semarang

Posted on Tuesday, August 18, 2015

Biasanya kalau jalan-jalan saya gak pernah foto makanan. Seringnya karena lupa, atau juga karena malu foto-foto makanan (takut dikira ikut-ikutan Abegeh). 

Nah, di trip kali ini saya sengaja foto semua makanan yang saya makan, lalu saya sortir yang enak-enak untuk diposting di blog. Siapa tahu bisa dijadikan referensi kalau ada yang mau berwisata kulineran di Semarang :)

PS. Seperti biasa, please excuse foto-foto yang blur karena kualitas HP + saya masih sering malu foto makanan :P

1. Rumah Makan Permata
Jl. KH . Wahid Hasyim 147 Kranggan Barat, Semarang

Restoran ini terkenal dengan hidangan burung daranya. Katanya sih paling enak se-Semarang.
Setelah saya coba, wuiih benerr! Burung daranya gembul, dagingnya empuk, dan tidak bau. Sementara selama ini yang saya makan di restoran chinese food di Jakarta kebanyakan tidak ada dagingnya alias burungnya terlalu kurus hehe. 

Selain itu saya juga mencoba sup hipiau atau sup perut ikan. Disini perut ikannya dijadikan bungkus dari bakso babi. Wuih Grace makan ini sampe minta tambah terus ^.^

Menurut saya, kalau anda pencinta masakan chinese food versi kuno, tempat makan ini wajib banget dikunjungi. 
(Atas) Sup Hipiao atau Sup perut ikan, Puyunghai kepiting. (Bawah) Cingkong Kepiting Goreng, Burung Dara Goreng legendaris

2. Nasi Ayam

Anda belum ke Semarang kalau belum mencoba nasi ayam.

Bisa dibilang nasi ayam ini mirip-mirip nasi opor. Nasinya sendiri gurih kayak nasi uduk, ditambah suwiran ayam opor, tahu, telur, dan kerecek, setelah itu disiram oleh kuah opor kuning. Uenaaak.

Biasanya jualannya pagi atau malam dipinggiran jalan. Kalau anda melihat mbok-mbok bawa bakul, jualannya lesehan, kemudian dikerubuti banyak orang, ya mungkin si mbok lagi jualan nasi ayam :)

Makannya di atas daun seperti ini

3. Dim Sum Pringgading
JL. Pringgading, No. 54, Semarang

Tempat Dimsum yang cukup Ok menurut saya. Walaupun, belum bisa mengalahkan dimsum di Jakarta. Disini semua makanannya di display di satu meja, kalau mau tinggal ambil saja. Nanti setelah selesai piring akan dihitung sama mbaknya. Ya mirip-mirip kalau kita makan sushi train gitu deh.

Harga dimsumnya cukup murah bila dibanding dengan dimsum Jakarta. sekitar 10.000 - 15.000 per porsi saja.
Menu pilihan kami + bubur yang tidak sempat ke foto
4. Soto Selan
JL. Depok, No. 3, Semarang

Soto ini seperti layaknya soto Semarang yang lain, isinya tidak lain daripada toge dan ayam suwir. Bedanya, disini kuahnya kuning (kunyit mungkin?). Rasanya cukup enak sampai papa saya titip minta dibawain soto ini ke Jakarta. Eh, tapi saya bilang sih biasa saja ya masih enakan Soto Pak Wen di bawah ini :P

Seporsi soto selan + hidangan tambahan yang bisa diambil sendiri di meja

5. Soto Pak Wen

Ini soto favorit saya di Semarang. Soto semarang yang berdiri dari tahun 1956 ini, isinya ayam suwir, toge, kol, dan soun. Yang bikin special adalah tambahan "kriuk-kriuk" diatasnya.  Ya panteslah pengemar gorengan kayak saya doyan banget mampir kesini.

Selain soto, "side dish" nya juga enak loh, terutama tempe goreng kering dan perkedel goreng tepungnya. Lucu yah, perkedel kok di goreng tepung, hehe.

Soto paling enak di Semarang (menurut saya)

6. Gama Seafood Resto
Jl. MT Haryono, Semarang Sel., Kota Semarang

Ini restoran seafood favorit saya di Semarang. Menurut saya semua makanannya uenaaaaaaaak. Pokoknya kalau ke Semarang saya pastikan ada waktu untuk makan disini.

Menu favorit saya adalah Srimping, yang dulu juga pernah saya ceritakan disini. Kemarin ini juga nyobain cumi goreng telur asin. Enaaaak, telur asinnya banyak. Saya makan sampai piringnya bersih nyaris saya jilatin kalo gak ada mertua hahaha. Terus ada juga chai po tumis jamur. Ini juga enak, rasanya lucu asin-asin manis, dan yang pasti gak ada di Jakarta. (Hayoo, tunjuk jari kalo gak tau chai po).

Disini sambalnya ada banyak macam dan bisa diambil sendiri. Karena saya kepo, jadi saya ambil semua untuk saya cobain :p

Cumi goreng telur asin, Chai po tumis jamur, Daun ginseng cah polos, Udang bakar, Srimping goreng, aneka sambal

7. The Tavern
Jl Rinjani No 1, Candi Baru Semarang

Kata teman saya sih ini restoran paling happening di Semarang (benar kah itu? tolong yang dari Semarang konfirmasi *lirik si nyonyakecil* haha).

Sekarang di Semarang mulai banyak bermunculan cafe-cafe gaul yang lokasinya asik-asik di Semarang atas yang berbentuk bukit. Tapi, kebanyakan tempatnya saja yang keren, tapi makanannya kurang enak. Nah si Tavern ini, selain tempatnya bagus (suasana industrial), makanannya enak, dan yang paling penting, HARGANYA OKE.

Saya nyobain jamur enoki goreng sebagai starter. Rasanya enak, asin dan gurih tapi gak bikin mulut kering.

Main coursenya saya nyobain Pork Ribs (yang gak ada di menu :p). Rasanya aseli, mirip sama pork ribsnya Tony Roma's, dan lebih enak dari pork rib di Bali (saya memang kurang suka sih pork rib bali yang bbq nya pake kecap). Saus BBQ nya meresap sampai ke tulang-tulang si babi. Saya sampai tidak kuasa menurunkan jari-jari tangan, alias makan pake tangan terus di isep-isep tulangnya sampe bersih hahaha.

Dessertnya nyobain Panna Cotta. Saya sih kurang tau ya rasa Panna cotta aslinya kayak apa, jadi saya bilang enak-enak aja :)

Yang kurang adalah minumannya. Saya sebenarnya mau pesan Ice Nutella blended nya, tapi sayangnya habis. Saya ganti dengan Ice Chocolate Peanut Butter. Saya sih kurang suka. Peanut butternya terlalu mendominasi, jadi rada eneg kalau kebanyakan minumnya.

Si kacang dan si jamur
BBQ pork rib to-die-for. IDR 99rb saja loh!
Si panna cotta
8. Leker Paimo
Jl Karanganyar di depan SMA Loyola

Leker ini sudah jualan dari Tomo masih kecil. Katanya dulu setiap hari selama 6 tahun di SD, Tomo mampir ke tempat Paimo buat makan leker sambil nunggu jemputan. Siapa sangka sekarang leker ini jadi terkenal banget. Teman saya cerita kalau antrinya bisa sampai 2 jam!

Bedanya apa dari leker lainnya? kata Tomo sih karena rasanya macem-macem dan banyak savory-nya seperti leker telur dan keju, dll. Saya sendiri belum pernah coba yang savory. Hanya pernah coba yang pisang-coklat-keju.

Karena antriannya yang dahsyat, sebelum ini saya belum pernah nyobain si leker. Sampai pas saya pulang ke Semarang kemarin teman saya bela-belain antri buat kasih saya coba *peluk Ivanna*. Eh, dasar jodoh ya, hari itu diacara kawinan temennya Tomo, si Paimo nya malah ada disana! Emang leker ini unik, bisa dipanggil ke acara nikahan segala.

Dan ternyata, bu Paimi nya (suami Paimo) masih inget loh sama suami saya, sampe nyebut namanya segala! Bangga juga loh dikenal sama orang beken di Semarang hahaha..



Foto sama sang artis aka Paimo

33

Tawar Menawar

Posted on Wednesday, August 5, 2015



Beberapa waktu lalu, teman kantor saya pernah cerita tentang perjalanannya ke Anyer dan Carita. Mari kita sebut beliau dengan sebutan Mister.

Mister ini bukan orang Indonesia, jadi ini pertama kalinya mereka ke Anyer. Bahkan, anaknya pertama kali loh menginjak pantai. Dia bilang, anaknya awal-awal takut menyentuh air, tapi lama-lama suka juga.

Karena kedua anaknya masih kecil, jadi mereka tidak mencoba watersport, hanya duduk-duduk saja di pantai. Anaknya mainan pasir dan air laut, sedangkan papa mamanya asik bersantai sambil minum air kelapa.

Dia bilang disana sepi karena bukan musim liburan, tapi tetap banyak orang yang jualan. Lalu ia cerita kalau pedagang sana menaikan harganya tinggi sekali, gila-gilaan katanya.

Saya bilang, ya mungkin karena mereka lihat si Mister bukan orang lokal. Wajar toh, mereka menaikan harga sesuai dengan kurs, hehe.

Tapi, eh tapi, dasar si pedagang kurang beruntung ketemu sama Mister, dia menawar harga lebih gila lagi.

Ia membandingkan harga kelapa di jual eceran di Anyer sama dengan harga di c4. Katanya di c4 cuma (misalnya, saya agak lupa karena ceritanya sudah tahun lalu) 10rb, masak si abang jual 30rb.. ditawarlah sama dia biar sama kayak di c4. Saya lupa, kayaknya si abang cuma turunin sedikit, tapi karena si mister kepengen banget jadi tetep dibeli. Tapi sambil ngomel :p

Yang lebih kasihan adalah tukang temporary tatoo. Si ibu menawarkan 50rb per-tatoo (yang ini memang sedikit overpriced). 4 tatoo jadi 200ribu. Yang kali ini mister rada susah mengelak, karena anaknya yang kepengen banget sama tatoonya.

Akhirnya setelah perdebatan panjang menggunakan bahasa tangan (si ibu ga bisa bahasa enggerish), sejam kemudian si ibu luluh, dan akhirnya deal dengan harga minim.

Tebak berapa....

50 ribu, untuk 4 tatoo!

Dan si mister menceritakannya dengan bangga sekali. Katanya dia bahkan dapat gambar macan yang ukurannya besar!

"See, it is actually very cheap!", katanya.

"You, mister, very cheap", balas saya dalam hati :p

Akhirnya saya bilang ke dia, mbok ya jangan keterlaluan lah kalau nawar. Kan ini tempat wisata, sepi pula. Bayangin dia dapat penghasilan berapa seharinya kalau sepi begitu. Bandingkan dengan gajimu, harga segitu gak berasalah...

Dia jawab, ya kalau kita bisa dapat harga yang lebih murah dengan menawar, kenapa harus bayar lebih?

Saya bilang, ya kasihan lah. Think of it as helping them, not as a business deal.

Dan akhirnya si mister senyum doang.

Mungkin dia pikir saya berani banget yah, padahal jabatan dia jauh diatas saya :p.

Ya, saya sih geregetan aja. Si mister yang bergaji ratusan ribu dollar setahun, punya cincin berlian besar ditangan, masa menawar recehan (recehan lah kalau dibanding dengan pendapatannya).

Saya suka kasihan sama street vendor begitu. Kalau harga mereka ga terlalu mahal dan tempatnya sepi, biasa saya gak tawar. Kalau memang pas musim ramai, dan lokasinya di tempat wisata yang happening banget sih saya tawar lah, tapi gak se-ekstrim itu.

Eh, tapi ini gak berlaku ya kalau di negara lain seperti Cina, India, dan lainnya. Karena kita kurang tahu medannya, kita harus berhati-hati jangan sampai tertipu.

Tapi kalau di Indonesia, ya anggap deh kita membantu sesama rakyat, yang nasibnya tidak sebaik kita yang bisa jalan-jalan setahun sekali :)
 

Source: FB