Cerita COVID
Posted on Wednesday, June 30, 2021
Finally, after years... I finally got time to write again!
Ya gimana gak punya waktu, orang gw dikasih "privilege" buat santai-santai selama 14 hari hahaa.
Mari kita kilas balik dulu ya karena selama ini belum pernah di tulis juga kan.
Sejak dunia dilanda virus COVID-19 tahun 2020 lalu, bisa dibilang keluarga kami amat sangat mengikuti prokes. Suami FULL WFH sejak awal Covid beredar (enaknyah kerja di perusahaan internasional ya begini). Saya pun untungnya sudah berhenti kerja jadi 100% di rumah saja jaga anak dan menemani anak-anak sekolah di rumah.
Jalan-jalan ya pernah lah. Ke mall beberapa kali pernah lah.. tapi biasanya hanya saya dan suami, dan itupun untuk beli keperluan kayak beli baju rumah yang mulai pada bolong karena keseringan dipake haha. Baju jalan-jalan sudah gak beli lagi karena dirasa tidak perlu. Mending buat beli kaos oblong dah haha. Tapi baju anak perlu, karena selama setahun ini ternyata mereka bertambah tinggi. Jadi rok dan celana mulai ngatung, jadi pendek gitu. Jadi ya kami harus beli.
Jalan dengan anak juga pernah tp gak lama-lama. Dan kami pun gak pernah makan di mall. Selalu beli doang dan makan di rumah. Itupun WAJIB dipanasin dulu makanannya. Pernah 1x anak-anak main di timezone Mall Alsut, dan pulangnya langsung pada batpil dong seminggu -_-. Sejak itu kami jauuuh lebih berhati-hati kalau ajak anak ke mall.
Ajak vacation pernah, 2x.
Yang pertama ke Aston Anyer di November 2020. Kami pesan makan semua di hotel pagi siang malem, dan hanya main di pantainya. Anak-anak seneng banget, udah lama gak jalan-jalan, dan sekalinya jalan-jalan bisa main di pantai. Pada waktu itu hotelnya udah lumayan ramai ya. Jadi yaaa kalau main di pantai cari tempat yang jauh dari keramaian saja. Lumayan luas pantainya dan private beach. Jadi hanya yang nginep di Aston yg boleh main disitu. Pulang ke rumah, aman gak ada yg sakit. Halleluyah!
Perjalanan ke-dua lumayan jauh nih rutenya: Jakarta - Semarang - Batu - Semarang - Jakarta.
Perjalanan yang kontroversial karena saat itu, angka covid sedang melonjak tinggi. Banyak pihak yg memberi tahu untuk membatalkan saja. Tapi gimana, koper sudah di pack, dan hotel sudah di book. Akhirnya kami nekat jalan dengan prokes yang sangat ketat. Beli sanitizer 2 derigen, tiap kemana-mana semprot dulu.
Di Semarang kami tinggal di rumah mertua. Makanya sebelum berangkat kami antigen dulu dan hasilnya negative. Perjalanan Jkt- Smrg cukup aman. Berhenti WC 1x, dan anak cowo pipis di pinggir tol. Di Smrg angka covid juga lagi tinggi, maka kami makan di rumah terus, kecuali 1x karena diajak makan di luar dan kami gak bisa nolak. Restorannya pun resto yang cukup mewah, dimana kursi dan meja selalu di semprot steril oleh pihak resto. Keluarga semarang katanya sering makan disana dan selalu aman. Ya sut deh, 1x itu saja. Selebihnya GrabFood / take away. Diajak ke Tentrem Mall yg baru buka pun kami tolak karena takut bawa anak-anak. Puji Tuhan semua sehat.
Hari ke 3, kami berangkat ke Batu. Rencananya mau ke Jatim Park 3 (lihat dino land yang baru), kemudian Jatim Park 2 yang kebon binatang. Hari pertama ke Jatim Park 3 aman. Walau di luar ramai, tapi di dalamnya lumayan sepi, mungkin karena tempatnya cukup luas juga. Di sana, kami makan siang pop mie saja karena kami pikir pasti aman lah ya. Tapi cilakanyaaaa, malemnya kami salah pilih menu makanan.
Walaupun kami bungkus dan makan di hotel, tapi menu yg kami pesan itu sambal. Suami yang doyan banget, makan sambel kebanyakan, dan akhirnyaaaaaa.......u know lah....... diare -_-".
Jam 3 pagi dia bangunin saya katanya udah keluar banyak dan rasanya mau pingsan. Saya langsung telp resepsionis minta obat dan untungnya ada. Dikasih entrostop 2 dan setelah itu lumayan dia bisa tidur.
Paginya saya pergi ke apotek cari obat yg lebih lengkap seperti buscopan, imodium, dan paracetamol karena sempat demam. Rencana hari itu akhirnya bubar dan kami stay di hotel saja. Saya keluar beli makan siang sekaligus malem + beli obat lagi karena apotik yg pagi itu kurang lengkap. Kamar hotel diperpanjang 1 malam lagi, karena gak mungkin suami besoknya bisa langsung pulang / nyetir Batu - Semarang kan.
Untungnya kami bawa antibiotik (cefspan), beberapa obat lambung, thermogun, dan oxymeter. Amat sangat kepake! Penting guyss, kemana-mana plis bawa perlengkapan obat sendiri yah. Di jaman kayak sekarang kita sebisa mungkin prepare sebaik-baiknya.
Setelah semua obat diminum, suami berangsur-angsur membaik.
Hari ke-3 di Batu, saya ajak anak-anak ke Ecopark. Saya pikir belum pernah kesana, dan harusnya lebih sepi daripada Jatim Park 2. Kami menghabiskan 2 jam untuk muterin Ecopark. Anak-anak seneng, apalagi sempat berfoto sama burung.
Disana ada wahana air. Dan guess what... ada rombongan ibu-anak dongggggg main air dan pada gak pake maskerrrrrr. Saya langsung lewatin dan jalan setengah lari. Hiiiiiiiii serem banget. Berani-beraninya yaaa mereka. Semoga mereka sekarang sehat semua, Amin.
Pulang dari sana kami makan disalah satu resto yang open air. Cukup ramai tapi kami dapat tempat duduk di ujung dan anginnya lumayan kenceng dan adem. Jadi saya pikir, ya, cukup aman lah ya untuk makan di tempat. Kebetulan sudah mau jam 2 juga, kalau bungkus takutnya kelaperan.
Pulang dari sana, saya mampir beli makanan untuk suami di Niki Kopitiam (our favourite resto karena makanannya chinese food dan enak), lalu beli apel dan lychee di pinggiran jalan. Disinilah kemungkinan saya kecolongan. Mas yg jualan tidak pakai masker.
Lanjut dulu ya. Besoknya kami pulang, tapi sebelumnya beli makanan dulu di Niki untuk bekal makan siang di mobil. Mampir Surabaya untuk beli bakwan kapasari, numpang toilet, lalu cusss ke Semarang lagi.
Balik Semarang, kami tidak nginap di rumah ortu karena takut bawa virus. Kami pesan apatel (apartemen hotel). 1 malam saja, dan besoknya langsung pulang Jakarta.
Sampai Jkt pun kami gak langsung pulang rumah, karena saya tinggal dengan ortu dan ada 1 pembantu. Jadi kami nyewa apartemen 2 malam. Sebelum pulang, saya, sus, dan suami antigen dulu dan hasilnya negative. Ortupun antigen juga dan hasilnya bagus. Baru deh kami kembali ke rumah.
Tapiii, 1 hari setelah kembali ke rumah, saya merasa tenggorokan gak enak. Besoknya ada demam di 37-an derajat. Saya langsung pakai masker dan menjauh dari semua orang rumah. Tidurnya pun di kamar terpisah.
Hari ke-3 setelah pulang rumah, bukannya semakin membaik, saya merasa meriang dan kepala berat. Akhirnya saya ke dokter di temani suami dan test antigen. Antigen saya Positive. Antigen suami Negative.
Saya sudah merasa ini pasti covid, karena denger orang-orang yang habis vaksin Astra, katanya badannya merasa demam panas tapi di ukur gak panas. Panas hanya di dalam. Dan saya merasakan itu. Saya merasa meriang banget tapi pas di ukur, panasnya gak tinggi, di 37.0 sampai 37.5 C.
Kepala sempat sakit di hari pertama. Sampai ini ditulis, saya masih berjuang di hari ke-3.
So far perasaan saya cukup nyaman. Saturasi oxigen di 96-99. Temperature masih naik turun, kadang normal, kalau bagun tidur bisa sampai 38 C.
Doakan semoga badai cepat berlalu ya. Semoga saya dan semua orang yang sedang positif disembuhkan. Dan anak-anak, suami, orang tua saya sehat semua. Amin.
Kalau ditanya, saya kena dimana? terus terang saya juga bingung. Karena serumah yang kena cuma saya (dan semoga tetap begitu).
Untuk temen-temen yang baca, dan berpikiran mau vacation / staycation. LEBIH BAIK DIBATALKAN DULU. Serius deh, saya bandel gak dengerin orang akhirnya kena batunya. Biarin deh stress di rumah tapi fisik sehat. Daripada seneng-seneng sebentar, tapi trus harus berkutat dengan COVID.
Saya awalnya biasa aja, tapi setiap baca berita di WAG ttg si ini, si ono kena covid, bahkan ada yg meninggal, saya tuh langsung stress. Cara biar gak stress yaa saya nonton youtube penyintas covid. Yang penting otak dan pikiran kembali jadi positif lagi. Karena hati yang gembira, adalah obat. Bukan begitu men-temennnnnnnnnnnnn