Reflection: Merubah sudut pandang
Posted on Tuesday, March 24, 2015
Tumben Grace bangun pagi hari ini, sebelum saya sempat mandi dan beres-beres ke kantor. Alhasil, anaknya nempel kayak perangko sehingga saya sulit untuk meninggalkannya mandi.
Setelah berhasil mandi, saya sarapan. Grace pun langsung nemplok lagi pengen duduk dipangkuan saya. Disini saya sudah cukup kesal karena mau makan jadi sulit.
Makanan saya adalah sup dan panas, jadi saya berusaha menjauhkan mangkok darinya. Eh, Grace malah mengambil botol minum saya, membuka tutupnya dan jatuh.
Celana saya basah. Lantai pun banjir karena botol minum saya masih penuh. Saya pun hanya bisa diam sambil menghela napas panjang.
Lalu saya teringat cerita dibawah ini yang saya rasa cukup indah untuk di share; terutama buat ibu-ibu yang sering dibuat anaknya menarik napas panjang :)
***
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat
ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya
sangat menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet
di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara
melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung
seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali
terjadi terjadi dan menyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia
Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir
tersenyum & berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"
Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak
ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah
cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah
ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria
mereka.
Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya
mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan
apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu &
kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan
kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi kekhawatiran buat
ibu?".
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan
sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor,
karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada
di rumah.
:) :) :)
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal
yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP
(Neurolinguistic Programming) .
Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita
'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat
menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
Saya BERSYUKUR:
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena
itu artinya ia
bersamaku bukan dengan orang lain.
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu
artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu
artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan
digaji tinggi.
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena
itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya
saya masih mampu bekerja keras.
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu
artinya masih ada kebebasan berpendapat.
9. Untuk bunyi alarm keras jam 4.30 pagi yg membangunkan saya, karena itu
artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup.
10. Untuk yang memposting SHARING ON-LINE
panjang dan 'mengganggu' ini artinya masih ada orang baik yang mau berbagi
nasihat dan cinta kepada kita... :)
jadi celana basah dan lantai banjir nggak bikin menghela nafas panjang lagi dong yah hehehe
ReplyDeletetetep sih, tapi setelah itu berusaha direlakan hahaha
DeleteBagus banget ini Mel :D
ReplyDeleteiya Py :D
Deletebagus sharingnya mel. :) gua juga sempet komplain kalo suami pulang bukannya bantu2, malah nonton tivi dan main bola di laptop. eh tapi bener juga yah.. daripada keluyuran diluar rumah. hiihi.. thank for good sharing. :)
ReplyDeletehahaha betul2.. emang suami2 ini kadang suka bikin istrinya geregetan yahh
DeleteBagus sekali ceritanya mel..jadi sebenernya cerita ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala yg terjadi yaa :)
ReplyDeleteThanks for sharing
iya. Kita harus melihat sesuatu dari sisi positif nya :D
DeleteGw masih sering emosi klo ada yg tumpah & kotor hahaha... Apalagi klo pas anaknya ga mau duduk makan trus digendong ngelap muka dibajuku. Padahal cm hal sepele ya.. Bener2 harus belajar sabar :)
ReplyDeletewah wah, lo lumayan suka yg bersih2 ya hihi, kalo gw lebih cuek si orgnya malah bs dibilang jorok :P
Deletenah ini nih, harusnya kita bersyukur ya udah dikaruniai anak yg sehat dan aktif - si tukang bikin rumah jadi kapal pecah hihihi
yang penting mesti berusaha positive thinking ya mel :)
ReplyDeletewah, ceritanya 'kena' banget di gw nih mel.
ReplyDeletesoalnya gw tipe org yg demen liat rumah rapi. Kalo pas mbak pulang kampung, gw yg bersih2.
kalo abis dibersihin, terus jadi berantakan/kotor lagi ga lama kemudian, gw bisa 'nyanyi' sm keluarga gw. >.<
soalnya berasa capek bersihin nya, eh udah kotor lagi.
tetep dong ya Mbak. kita harus bersyukur sama segala sesuatu yang udah kita dapet :))
ReplyDeletewaa.. nice sharing ci Mel ^^
ReplyDeleteintinya kita ttp harus bersyukur yaaa..